Arsitek dan Saya



    Mengingat bagaimana awalnya saya memilih prodi Arsitektur, saya lulus tahun 2012, bisa dibilang berhenti setahun dulu. Sempat bingung untuk memilih prodi yang akan diambil di perguruan tinggi setelah lulus SMA. Saya memiliki seorang kakak sepupu yang menjalani studi di bidang Teknik Arsitektur. Ia memberi wawasan saya tentang apa sih arsitek itu? Bagaimana sih kuliahnya, dan banyak yang lainnya. Dari penjelasan yang diberikannya, saya mulai menyukai arsitektur, meskipun masih terlalu awam mendengar kata arsitektur. Maka dari itu saya saat SBMPTN, memilih arsitektur.

    Tidak semudah itu saya dapat menentukan pilihan prodi itu. Sempat terjadi pertentangan pendapat antara saya dan orangtua. Orang tua lebih menginginkan saya menjadi seorang sarjana pendidikan daripada seorang teknik. Setelah pertentangan itu, akhirnya saya menjatuhkan pilihan dengan salah satu prodi adalah pendidikan matematika. Mungkin belum beruntung, saya tidak lolos. Namun saya masih ingin mencoba dan yakin bisa meskipun saya telah berhenti setahun, saya mengikuti SBMPTN tertulis di tahun berikutnya. Saya tetap memberanikan diri untuk mendaftar di UNDIP arsitektur, UNNES arsitektur, UNS ptb. Alhamdulillah saya lolos Arsitektur diUNNES.

    Sempat kaget, yang awalnya setiap hari dirumah, sekarang tugasnya tidak ada yang bisa di tunda tunda, semua Ontime. Malas ? tentu ada. Akan tetapi saya harus konsekuen terhadap pilihan saya ini. Harus saya tunjukan bahwa saya bisa membanggakan orang tua meskipun saya bukan sarjana pendidikan. Sebenarnya saya bisa dibilang punya banyak imaginasi untuk berinovasi dalam bidang seni. Masalahnya yang tergambar pada pikiran, terkadang susah diterjemahkan dalam kenyataan (gambar). Namun teman teman disini selalu membantu saya.

    Di sini saya diajarkan cara menggambar berbagai macam sket gedung, mengerti macam struktur bangunan, denah, kusen, atap, membuat maket dari multipleks, dan banyak sekali yang lainnya. Tak hanya membuat saya mengerti tentang ilmunya dan seni yang akan dirancangkan dalam sebuah bangunan. Disini saya diajarkan sabar. Sabar menghadapi dosen saat asistensi misalnya.
Menurut saya, kemampuan dalam diri seorang manusia jika digali terus menerus akan menghasilkan sesuatu yang sangat hebat, tapi jangan sombong terhadap kemampuan itu. Karena kesombongan akan ketenaran ada masa berlakunya .

0 Response to "Arsitek dan Saya"

Posting Komentar